
sumowarna.id – Menjelang bulan suci Ramadan, warga Kampung Bustaman di Semarang menggelar tradisi unik bernama Gebyuran Bustaman. Tradisi ini merupakan perang air massal yang diikuti oleh warga setempat dan wisatawan sebagai simbol penyucian diri sebelum memasuki bulan penuh ibadah. Dengan penuh kegembiraan dan kebersamaan, Gebyuran Bustaman menjadi daya tarik budaya khas Semarang yang selalu dinantikan setiap tahunnya.
Sejarah dan Makna Gebyuran Bustaman
Gebyuran Bustaman telah berlangsung secara turun-temurun di Kampung Bustaman, yang dikenal sebagai daerah pengrajin daging kambing di Semarang. Kata “Gebyuran” berasal dari bahasa Jawa yang berarti menyiram air, yang melambangkan kebersihan, kesegaran, dan penyucian diri sebelum Ramadan.
Tradisi ini juga menjadi momen penting untuk mempererat tali persaudaraan antarwarga. Dengan semangat gotong royong dan kebersamaan, Gebyuran Bustaman bukan sekadar perang air biasa, tetapi juga menjadi ritual sosial yang memperkuat nilai-nilai solidaritas dalam masyarakat.
Keseruan Perang Air dan Kegiatan Lainnya
Daya tarik utama dari Gebyuran Bustaman adalah perang air massal, di mana warga saling menyiram menggunakan ember, gayung, dan bahkan selang air. Anak-anak, remaja, hingga orang dewasa ikut serta dalam kemeriahan ini, menciptakan suasana penuh canda tawa dan kebersamaan.
Selain perang air, acara ini juga diramaikan dengan berbagai kegiatan lain, seperti:
- Kirab budaya, menampilkan berbagai kesenian khas Semarang
- Pertunjukan musik dan tari tradisional
- Pembagian makanan gratis bagi warga
Banyak wisatawan yang tertarik untuk ikut serta dalam tradisi ini, menjadikannya sebagai ajang yang tidak hanya memperkuat budaya lokal tetapi juga meningkatkan daya tarik wisata di Semarang.
Persiapan dan Aturan dalam Gebyuran Bustaman
Meskipun acara ini terlihat spontan dan penuh keseruan, tetap ada aturan yang harus dipatuhi oleh peserta, di antaranya:
- Menggunakan air bersih, tidak diperbolehkan air kotor atau bercampur bahan lain.
- Tidak melempar benda keras, demi menjaga keamanan semua peserta.
- Menghormati peserta lain, terutama mereka yang tidak ingin ikut serta.
- Menjaga kebersihan lingkungan setelah acara selesai.
Warga Kampung Bustaman melakukan persiapan beberapa hari sebelumnya, mulai dari membersihkan lingkungan, menyediakan sumber air, hingga mendekorasi gang-gang agar suasana semakin meriah.
Upaya Pelestarian Tradisi di Era Modern
Sebagai salah satu tradisi khas Semarang, Gebyuran Bustaman menghadapi tantangan untuk tetap lestari di era modern. Dengan semakin banyaknya wisatawan yang hadir, panitia penyelenggara terus melakukan inovasi agar acara ini tetap menarik dan relevan bagi generasi muda.