Hubungan Inggris dengan Uni Eropa: Kebijakan Baru dan Dampak Pasca-Brexit yang Dirasakan

sumowarna.id – Setelah Inggris resmi keluar dari Uni Eropa pada tahun 2020, kedua belah pihak harus menavigasi hubungan baru yang penuh tantangan dan peluang. Dalam beberapa tahun terakhir, berbagai kebijakan baru telah diterapkan untuk menyesuaikan hubungan ekonomi, politik, dan sosial antara Inggris dan Uni Eropa. Pada artikel ini, kita akan membahas kebijakan-kebijakan penting pasca-Brexit yang telah diterapkan, dampak yang dihasilkan, serta bagaimana masa depan hubungan ini dapat terbentuk.


1. Kebijakan Perdagangan Pasca-Brexit: Apa yang Berubah?

Salah satu aspek yang paling terkena dampak dari Brexit adalah hubungan perdagangan antara Inggris dan Uni Eropa. Sebagai bagian dari Uni Eropa, Inggris sebelumnya memiliki akses bebas tarif dan hambatan perdagangan di seluruh pasar tunggal Eropa. Namun, kini dengan keluarnya Inggris, ada beberapa perubahan besar dalam aturan perdagangan yang perlu diperhatikan.

Kini, Inggris dan Uni Eropa telah mengadopsi Perjanjian Perdagangan dan Kerja Sama (TCA), yang memberikan kebebasan perdagangan bebas tarif untuk barang-barang tertentu. Meski begitu, ada peraturan dan pemeriksaan yang lebih ketat untuk memastikan produk yang diperdagangkan memenuhi standar kedua belah pihak. Selain itu, TCA tidak mencakup sektor jasa secara komprehensif, sehingga perdagangan jasa menjadi lebih terbatas dibandingkan saat Inggris masih menjadi anggota Uni Eropa.

Dampak perubahan ini sangat terasa bagi banyak perusahaan Inggris yang bergantung pada pasar Eropa. Biaya tambahan akibat tarif dan regulasi membuat beberapa perusahaan sulit bersaing. Inggris kini sedang berupaya mencari pasar baru di luar Uni Eropa untuk mengurangi ketergantungan terhadap pasar Eropa.


2. Kebijakan Imigrasi dan Mobilitas: Mengubah Dinamika Kerja

Selain perdagangan, kebijakan imigrasi juga mengalami perubahan drastis pasca-Brexit. Sebelumnya, warga Uni Eropa dapat tinggal dan bekerja di Inggris tanpa visa, begitu pula sebaliknya. Namun, kini ada aturan imigrasi yang jauh lebih ketat bagi warga Uni Eropa yang ingin tinggal dan bekerja di Inggris, dan sebaliknya bagi warga Inggris di negara-negara Uni Eropa.

Inggris kini menggunakan sistem poin untuk mengatur imigrasi, dengan fokus pada pekerja yang memiliki keterampilan tinggi. Sistem ini bertujuan untuk menarik tenaga kerja berbakat dari berbagai negara. Namun, perubahan ini juga menimbulkan kekhawatiran mengenai kekurangan tenaga kerja, terutama di sektor-sektor seperti perhotelan, kesehatan, dan pertanian, yang sebelumnya sangat bergantung pada pekerja dari Uni Eropa.

Perubahan kebijakan ini tidak hanya berdampak pada sektor pekerjaan tetapi juga mobilitas pendidikan dan budaya. Pertukaran pelajar, seperti Erasmus, menjadi lebih terbatas, yang dapat mempengaruhi hubungan budaya dan kesempatan belajar bagi generasi muda.


3. Kebijakan Keuangan: Tantangan bagi Kota London

Kota London, sebagai pusat keuangan utama dunia, juga merasakan dampak signifikan dari Brexit. Sebelum Brexit, banyak perusahaan keuangan internasional berbasis di London karena akses mereka ke pasar tunggal Uni Eropa. Namun, dengan keluarnya Inggris dari Uni Eropa, beberapa perusahaan memutuskan untuk memindahkan kantor mereka ke kota-kota lain di Eropa, seperti Frankfurt, Paris, dan Amsterdam, untuk mempertahankan akses ke pasar Eropa.

Kebijakan keuangan baru Inggris difokuskan pada menarik investasi internasional dengan memperkenalkan regulasi yang lebih fleksibel. Pemerintah Inggris berusaha menjadikan London sebagai pusat keuangan yang lebih mandiri dan kompetitif di kancah global. Namun, tantangan besar tetap ada, terutama dalam hal regulasi yang berbeda dari Uni Eropa dan persaingan dari kota-kota Eropa lainnya yang juga ingin menjadi pusat keuangan.

Meski demikian, sektor keuangan di Inggris tetap optimis. Banyak lembaga keuangan melihat ini sebagai peluang untuk mengembangkan layanan baru dan mengeksplorasi pasar global di luar Eropa.


4. Masa Depan Hubungan Inggris dan Uni Eropa

Hubungan Inggris dan Uni Eropa pasca-Brexit penuh tantangan namun juga peluang. Ke depannya, Inggris akan terus menyesuaikan kebijakan-kebijakan domestik dan internasional untuk mengoptimalkan posisi mereka. Sementara itu, Uni Eropa tetap menjadi mitra dagang yang penting bagi Inggris, meskipun kebijakan-kebijakan baru membuat kedua pihak harus lebih berhati-hati dalam menjaga stabilitas dan keseimbangan hubungan.

Masa depan hubungan ini akan sangat bergantung pada perkembangan politik dan ekonomi di kedua pihak. Dalam jangka panjang, baik Inggris maupun Uni Eropa diharapkan dapat menemukan cara untuk menjalin kerja sama yang saling menguntungkan, meskipun tidak lagi dalam kerangka keanggotaan Uni Eropa.

Leave a Comment

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *