Sumowarna.id – Diabetes merupakan salah satu penyakit yang terus meningkat jumlah penderitanya di seluruh dunia, termasuk di Asia. Menariknya, banyak orang Asia yang didiagnosis diabetes meskipun mereka memiliki berat badan normal atau bahkan kurus. Kondisi ini tentu membingungkan karena diabetes tipe 2 umumnya dikaitkan dengan obesitas. Lalu, apa yang sebenarnya membuat orang Asia lebih rentan terkena diabetes meski tidak memiliki kelebihan berat badan?
Faktor Genetik dan Metabolisme Tubuh
Salah satu alasan utama mengapa orang Asia lebih rentan terkena diabetes adalah faktor genetik. Penelitian menunjukkan bahwa orang Asia cenderung memiliki komposisi tubuh yang berbeda dibandingkan dengan orang dari ras lainnya. Meskipun memiliki berat badan normal, banyak orang Asia yang memiliki proporsi lemak tubuh yang lebih tinggi, terutama di area perut. Lemak visceral ini sangat berbahaya karena dapat memengaruhi fungsi insulin, hormon yang mengatur kadar gula darah.
Selain itu, metabolisme tubuh orang Asia juga cenderung lebih lambat dalam memproses gula darah. Hal ini membuat mereka lebih rentan terhadap resistensi insulin, kondisi di mana tubuh tidak mampu menggunakan insulin dengan efektif. Akibatnya, kadar gula darah menjadi sulit dikendalikan dan risiko diabetes meningkat.
Pola Makan yang Tinggi Karbohidrat
Kebiasaan makan yang tinggi karbohidrat adalah salah satu penyebab utama meningkatnya kasus diabetes di Asia. Beras putih, mie, dan roti merupakan makanan pokok yang sering dikonsumsi oleh masyarakat Asia. Makanan-makanan ini memiliki indeks glikemik tinggi, yang berarti dapat menyebabkan lonjakan gula darah dengan cepat.
Konsumsi karbohidrat dalam jumlah besar tanpa diimbangi dengan protein dan serat yang cukup dapat memicu lonjakan gula darah yang berulang. Jika hal ini terus terjadi, pankreas akan dipaksa untuk memproduksi lebih banyak insulin. Dalam jangka panjang, hal ini dapat menyebabkan resistensi insulin dan akhirnya berujung pada diabetes tipe 2.
Kurangnya Aktivitas Fisik
Gaya hidup modern yang semakin tidak aktif juga menjadi faktor penyebab meningkatnya risiko diabetes pada orang Asia. Banyak orang yang menghabiskan waktu duduk di kantor, menonton televisi, atau menggunakan gadget dalam waktu lama. Kurangnya aktivitas fisik ini mengurangi kemampuan tubuh untuk mengontrol kadar gula darah secara efektif.
Aktivitas fisik seperti berjalan kaki, bersepeda, atau berolahraga dapat membantu tubuh memproses gula darah dengan lebih baik. Namun, kebiasaan malas bergerak dan kurangnya olahraga membuat risiko diabetes semakin tinggi, bahkan pada orang yang tidak mengalami obesitas.
Pengaruh Stres dan Kurang Tidur
Faktor lain yang sering diabaikan adalah stres dan kurang tidur. Tingkat stres yang tinggi, baik dari pekerjaan maupun masalah pribadi, dapat meningkatkan kadar hormon kortisol dalam tubuh. Kortisol yang tinggi dapat mempengaruhi kadar gula darah dan menyebabkan resistensi insulin.
Selain itu, kurang tidur juga dikaitkan dengan risiko diabetes yang lebih tinggi. Kurang tidur dapat mengganggu keseimbangan hormon yang mengatur rasa lapar dan kenyang, sehingga meningkatkan nafsu makan dan keinginan untuk mengonsumsi makanan tinggi gula dan karbohidrat. Ini dapat memperburuk kontrol gula darah dalam tubuh.
Kesimpulan
Meskipun banyak orang Asia memiliki berat badan yang ideal, mereka tetap berisiko tinggi terkena diabetes karena beberapa faktor, termasuk genetik, pola makan, kurangnya aktivitas fisik, serta pengaruh stres dan kurang tidur. Oleh karena itu, penting bagi masyarakat Asia untuk lebih memperhatikan pola hidup sehat, tidak hanya fokus pada berat badan tetapi juga pada komposisi tubuh, asupan makanan, serta gaya hidup aktif.
Mengurangi konsumsi karbohidrat, meningkatkan asupan serat dan protein, serta rutin berolahraga adalah langkah-langkah yang dapat diambil untuk menurunkan risiko diabetes. Selain itu, menjaga kualitas tidur dan mengelola stres juga merupakan bagian penting dari upaya pencegahan.
Dengan memahami risiko yang ada dan melakukan perubahan gaya hidup yang lebih sehat, diharapkan angka kasus diabetes di Asia dapat ditekan, meskipun kondisi genetik dan metabolisme tubuh tidak dapat diubah.