sumowarna.id – Tiongkok baru-baru ini melaporkan penemuan virus baru yang berpotensi menular dari hewan ke manusia. Virus yang disebut dengan nama Langya henipavirus (LayV) ini ditemukan pada sekelompok orang yang mengalami gejala infeksi yang mirip dengan flu. Penemuan ini menjadi perhatian besar bagi para ilmuwan dan kesehatan global karena menunjukkan potensi ancaman dari virus yang dapat berpindah dari hewan ke manusia, mirip dengan pandemi COVID-19 yang dimulai dari virus hewan.
Penelitian terhadap virus Langya dimulai setelah beberapa pasien di Provinsi Shandong dan Henan, Tiongkok, menunjukkan gejala seperti demam, kelelahan, batuk, dan mual pada awal 2022. Ketika dilakukan pemeriksaan lebih lanjut, ditemukan bahwa pasien-pasien ini terinfeksi virus yang sebelumnya tidak dikenal. Virus ini termasuk dalam keluarga Henipavirus, yang diketahui dapat menyebabkan penyakit parah pada manusia dan hewan.
Meskipun virus Langya terdeteksi pada manusia, penelitian menunjukkan bahwa hewan-hewan tertentu, terutama mamalia seperti musang dan anjing, mungkin menjadi sumber utama penularan virus ini. Para ilmuwan yang terlibat dalam penelitian ini memperkirakan bahwa hewan-hewan tersebut mungkin berperan sebagai reservoir atau pembawa virus tanpa menunjukkan gejala. Dalam beberapa kasus, virus ini ditemukan pada sejumlah hewan liar yang tertangkap di daerah sekitar pasien yang terinfeksi.
Meskipun temuan ini menakutkan, para ilmuwan menyatakan bahwa belum ada bukti yang menunjukkan bahwa virus ini dapat dengan mudah menular antar manusia. Dari sekitar 35 pasien yang terinfeksi, sebagian besar hanya menunjukkan gejala ringan, dan tidak ada laporan kematian yang terkait dengan virus Langya. Namun, beberapa infeksi menunjukkan gejala yang lebih serius, termasuk kerusakan pada fungsi hati dan ginjal.
Virus Langya sendiri adalah bagian dari kelompok virus Henipavirus, yang dikenal karena kemampuannya untuk menular dari hewan ke manusia. Kelompok virus ini meliputi virus lain seperti Nipah dan Hendra, yang telah menyebabkan wabah besar di masa lalu. Virus Nipah, misalnya, telah menyebabkan lebih dari 100 kematian di Asia Tenggara sejak pertama kali terdeteksi pada tahun 1998. Meskipun sebagian besar infeksi yang disebabkan oleh Henipavirus tidak menular antar manusia, virus ini tetap menjadi ancaman karena kemampuannya menyebabkan penyakit serius dan kematian pada manusia.
Penemuan Langya memperingatkan kita akan potensi risiko dari virus yang dapat menular antar spesies, terutama di daerah-daerah dengan populasi hewan liar yang padat dan sering berinteraksi dengan manusia. Aktivitas manusia yang semakin intensif, seperti perburuan dan perdagangan hewan liar, serta konversi lahan hutan menjadi lahan pertanian, meningkatkan peluang penularan virus dari hewan ke manusia. Oleh karena itu, penting untuk terus memantau dan menyelidiki potensi penularan virus baru ini.
Para ahli kesehatan global mengimbau agar negara-negara di seluruh dunia meningkatkan upaya pemantauan terhadap virus-virus yang dapat berpindah dari hewan ke manusia. Langya menjadi peringatan bahwa potensi pandemi berikutnya bisa muncul dari virus yang sebelumnya tidak dikenal, dan bahwa kesiapsiagaan global sangat penting untuk mencegah penyebaran penyakit.
Selain itu, penemuan ini juga menyoroti pentingnya penelitian lebih lanjut untuk memahami bagaimana virus seperti Langya berinteraksi dengan tubuh manusia dan bagaimana cara terbaik untuk mencegah penyebarannya. Vaksin dan terapi yang efektif untuk virus-virus dalam keluarga Henipavirus masih sangat terbatas, dan penelitian tentang pengembangan solusi medis harus dipercepat.
Secara keseluruhan, penemuan virus Langya mengingatkan kita akan pentingnya terus memperhatikan potensi ancaman kesehatan global dari hewan ke manusia. Meskipun saat ini belum ada bukti penularan antar manusia yang luas, kewaspadaan yang tinggi sangat penting untuk melindungi kesehatan masyarakat dunia dari potensi pandemi yang dapat muncul di masa depan.