sumowarna.id – Presiden Suriah, Bashar al-Assad, akhirnya angkat bicara mengenai saat-saat terakhir sebelum ia meninggalkan negaranya di tengah gejolak perang yang berkepanjangan. Dalam wawancara eksklusif, Assad menggambarkan momen-momen tersebut sebagai salah satu fase paling kritis dalam hidupnya. Pernyataan ini memunculkan berbagai spekulasi baru tentang masa depan politik Suriah dan langkah Assad selanjutnya di panggung internasional.
Perjalanan Hidup di Tengah Konflik
Bashar al-Assad, yang telah memimpin Suriah sejak tahun 2000, menghadapi berbagai tantangan besar selama masa jabatannya. Dari perang saudara yang dimulai pada 2011 hingga sanksi internasional yang menekan ekonomi Suriah, kepemimpinannya tidak pernah lepas dari kontroversi. Dalam pernyataannya, Assad menjelaskan bahwa keputusannya untuk meninggalkan Suriah sementara waktu diambil dengan penuh kehati-hatian.
“Saya tidak pernah membayangkan harus meninggalkan tanah air saya, tetapi keadaan mengharuskan saya mengambil langkah tersebut,” ungkap Assad. Menurutnya, situasi keamanan di beberapa wilayah Suriah semakin tidak terkendali, sehingga ia harus membuat keputusan sulit demi keselamatan dirinya dan keluarganya.
Momen-Momen Menegangkan Sebelum Kepergian
Dalam penuturannya, Assad menggambarkan suasana tegang yang menyelimuti detik-detik sebelum ia meninggalkan Suriah. Dengan ancaman serangan yang semakin mendekat ke ibu kota, Damaskus, keputusan untuk pergi tidaklah mudah. Assad mengaku sempat berdiskusi panjang dengan para penasihat militer dan politiknya untuk menentukan langkah terbaik.
“Saya merasa seperti sedang berada di tengah badai. Segala sesuatu terasa tidak pasti, dan waktu sangat terbatas,” tambahnya. Assad juga mengungkapkan bahwa keberangkatan tersebut dilakukan secara diam-diam untuk menghindari perhatian publik dan ancaman keamanan yang lebih besar.
Menurut sumber yang dekat dengan pemerintah Suriah, perjalanan Assad dilakukan melalui jalur darat dan udara yang dirahasiakan. Rusia, sebagai sekutu utama Suriah, disebut-sebut berperan penting dalam memberikan dukungan logistik dan keamanan selama proses tersebut.
Dampak Keputusan Assad bagi Suriah
Kepergian Bashar al-Assad dari Suriah tentu menimbulkan berbagai dampak, baik di tingkat nasional maupun internasional. Di dalam negeri, keputusan ini memicu kekhawatiran tentang stabilitas politik dan keamanan Suriah. Banyak yang mempertanyakan bagaimana pemerintahan dapat berjalan tanpa kehadiran langsung Assad sebagai pemimpin utama.
Di sisi lain, komunitas internasional memandang langkah ini sebagai tanda melemahnya cengkeraman Assad terhadap Suriah. Beberapa analis politik bahkan berspekulasi bahwa kepergian ini dapat membuka jalan bagi negosiasi damai yang lebih inklusif, meskipun hal tersebut masih jauh dari pasti.
Namun, Assad menegaskan bahwa keputusannya untuk meninggalkan Suriah bukanlah tanda menyerah. “Saya pergi bukan untuk melarikan diri, tetapi untuk mencari solusi yang lebih baik bagi negara saya,” tegasnya. Ia juga menyatakan komitmennya untuk kembali ke Suriah dan melanjutkan upaya membangun kembali negara yang telah hancur akibat perang.
Hubungan dengan Rusia dan Dukungan Internasional
Selama wawancara, Assad juga membahas peran Rusia dalam mendukung pemerintahannya di masa-masa sulit. Ia menyebut bahwa hubungan dengan Rusia lebih dari sekadar aliansi strategis, tetapi juga merupakan bentuk solidaritas di tengah tekanan global.
“Dukungan Rusia sangat berarti bagi kami, terutama ketika dunia seolah-olah melupakan penderitaan rakyat Suriah,” ujar Assad. Ia juga menyoroti pentingnya kerjasama dengan negara-negara lain yang mendukung stabilitas Suriah.
Namun, langkah Assad untuk meninggalkan Suriah memunculkan pertanyaan baru tentang masa depan hubungan bilateral ini. Apakah Rusia akan terus memberikan dukungan penuh, atau justru mengambil langkah untuk mempengaruhi arah politik Suriah ke depan?
Harapan dan Tantangan di Masa Depan
Meski keputusannya meninggalkan Suriah menimbulkan kontroversi, Bashar al-Assad tetap optimis tentang masa depan negaranya. Ia menekankan bahwa Suriah memiliki potensi besar untuk bangkit kembali, meskipun tantangan yang dihadapi sangat berat.
“Kami telah melalui masa-masa yang sulit, tetapi saya percaya pada kekuatan rakyat Suriah untuk membangun kembali negara ini,” kata Assad. Ia juga mengajak masyarakat internasional untuk memberikan dukungan nyata dalam upaya rekonstruksi Suriah.
Namun, jalan menuju pemulihan Suriah masih panjang. Konflik yang berkepanjangan telah meninggalkan luka mendalam, baik secara fisik maupun psikologis, bagi rakyat Suriah. Tantangan ekonomi, sosial, dan politik menjadi pekerjaan rumah besar yang harus dihadapi oleh pemerintahan Assad, jika ia kembali ke negaranya.
Kesimpulan: Kisah yang Belum Usai
Pengakuan Bashar al-Assad tentang saat-saat terakhir sebelum meninggalkan Suriah membuka babak baru dalam sejarah konflik di negara tersebut. Meskipun banyak pertanyaan yang masih belum terjawab, satu hal yang pasti adalah bahwa situasi di Suriah tetap menjadi perhatian dunia.
Langkah Assad untuk berbicara secara terbuka tentang pengalamannya menunjukkan bahwa ia ingin mempertahankan narasi politiknya di tengah berbagai tekanan. Namun, hanya waktu yang akan menjawab bagaimana peristiwa ini akan memengaruhi masa depan Suriah dan peran Assad di panggung internasional.