sumowarna.id – Ketika membahas situasi di Suriah, nama Abu Muhammad al-Julani, pemimpin Hay’at Tahrir al-Sham (HTS), sering menjadi sorotan. Namun, al-Julani baru-baru ini menolak keras perbandingan antara HTS dan Taliban di Afghanistan. Pernyataan ini menggarisbawahi perbedaan mendasar antara konteks Suriah dan Afghanistan, serta tujuan politik yang diusung oleh HTS.
Dalam artikel ini, kita akan mengupas lebih dalam pandangan al-Julani, konteks politik yang melingkupi HTS, dan bagaimana hal ini memengaruhi persepsi global terhadap organisasi tersebut.
Alasan Al-Julani Menolak Perbandingan dengan Taliban
Abu Muhammad al-Julani menegaskan bahwa Hay’at Tahrir al-Sham tidak dapat disamakan dengan Taliban. Ia menyatakan bahwa Suriah memiliki konteks sejarah, budaya, dan politik yang sangat berbeda dibandingkan Afghanistan. Al-Julani juga menekankan bahwa HTS tidak memiliki agenda global seperti Taliban yang sering dikaitkan dengan jaringan teroris internasional.
Salah satu alasan utama al-Julani menolak label tersebut adalah untuk menghindari stigma yang dapat memperburuk citra HTS di mata dunia. Taliban selama bertahun-tahun telah dicap sebagai organisasi teroris oleh banyak negara, dan al-Julani ingin memastikan HTS tidak mengalami nasib serupa. Pernyataan ini menunjukkan upaya HTS untuk memperbaiki citra mereka, khususnya di wilayah yang mereka kuasai di Idlib, Suriah.
Perbedaan Mendasar Antara HTS dan Taliban
Meski sama-sama dikenal sebagai kelompok militan, HTS dan Taliban memiliki perbedaan signifikan. Berikut adalah beberapa poin utama yang membedakan keduanya:
1. Konteks Geografis dan Budaya
Taliban berasal dari Afghanistan, negara dengan sejarah panjang invasi asing dan konflik internal. Sementara itu, HTS beroperasi di Suriah, yang saat ini menjadi pusat perang saudara dengan banyak kepentingan internasional yang saling bersaing. Al-Julani menekankan bahwa HTS fokus pada masalah internal Suriah dan tidak memiliki ambisi untuk menciptakan jaringan internasional seperti yang dilakukan Taliban.
2. Pendekatan terhadap Pemerintahan
Taliban telah berhasil mengambil alih kekuasaan di Afghanistan dan mendirikan pemerintahan yang berdasarkan interpretasi ketat terhadap hukum Islam. Sebaliknya, HTS masih berjuang untuk mempertahankan wilayah mereka di Idlib dan mencoba menciptakan sistem pemerintahan lokal yang lebih inklusif untuk menarik dukungan masyarakat setempat.
3. Hubungan Internasional
Taliban dikenal memiliki hubungan erat dengan kelompok teroris internasional seperti Al-Qaeda. Sementara itu, HTS telah berupaya memisahkan diri dari afiliasi serupa, meskipun masih menghadapi tuduhan sebagai organisasi teroris oleh beberapa negara. Upaya ini menunjukkan perbedaan signifikan dalam strategi dan tujuan politik kedua kelompok tersebut.
Dampak Persepsi Global terhadap HTS
Label “teroris” yang sering dikaitkan dengan HTS menjadi tantangan besar bagi organisasi ini. Al-Julani memahami bahwa label ini dapat menghambat upaya mereka untuk mendapatkan dukungan internasional, terutama dari negara-negara yang dapat membantu menyelesaikan konflik di Suriah.
Sebagai respons, HTS telah mencoba mengubah pendekatan mereka. Mereka lebih menekankan pada pembangunan wilayah yang mereka kuasai dan mencoba menjalin hubungan baik dengan kelompok-kelompok lokal. Strategi ini bertujuan untuk menunjukkan bahwa mereka lebih fokus pada stabilitas Suriah dibandingkan ambisi global.
Namun, skeptisisme internasional tetap tinggi. Banyak pihak masih meragukan niat HTS, terutama mengingat sejarah panjang kelompok ini yang sebelumnya terkait dengan organisasi seperti Al-Qaeda. Meski begitu, langkah-langkah HTS untuk memperbaiki citra mereka tidak bisa diabaikan begitu saja.
Apa Arti Pernyataan Al-Julani bagi Masa Depan Suriah?
Pernyataan al-Julani bahwa “Suriah bukan Afghanistan” memiliki implikasi besar bagi masa depan HTS dan konflik di Suriah secara keseluruhan. Dengan menolak perbandingan dengan Taliban, al-Julani mencoba menegaskan bahwa HTS adalah entitas yang unik dengan fokus lokal.
Namun, tantangan tetap ada. HTS perlu membuktikan bahwa mereka benar-benar mampu menciptakan stabilitas di wilayah yang mereka kuasai tanpa mengorbankan hak-hak masyarakat setempat. Selain itu, mereka juga harus menghadapi tekanan dari komunitas internasional yang terus memantau tindakan mereka.
Jika HTS berhasil menunjukkan bahwa mereka berbeda dari kelompok militan lainnya, hal ini dapat membuka peluang untuk dialog lebih lanjut mengenai penyelesaian konflik di Suriah. Namun, jika mereka gagal, label teroris akan terus membayangi mereka dan mempersulit upaya mereka untuk mendapatkan legitimasi.
Kesimpulan
Penolakan al-Julani terhadap perbandingan antara HTS dan Taliban menunjukkan upaya serius untuk memperbaiki citra HTS di mata dunia. Meski tantangan besar masih menghadang, langkah ini mencerminkan perubahan strategi HTS yang lebih fokus pada stabilitas lokal daripada ambisi global.
Namun, hanya waktu yang akan membuktikan apakah HTS benar-benar mampu mengubah persepsi dunia terhadap mereka. Dengan memahami perbedaan mendasar antara HTS dan Taliban, kita dapat melihat gambaran yang lebih jelas tentang dinamika politik di Suriah dan bagaimana hal ini memengaruhi masa depan kawasan tersebut.