Nyeri Perut yang Mirip, Begini Perbedaan Antara Asam Lambung dan Kanker Usus Besar Menurut Dokter

Sumowarna.id – Dua penyebab utama yang sering menimbulkan nyeri perut adalah asam lambung dan kanker usus besar. Kedua kondisi ini seringkali memiliki gejala yang mirip, sehingga banyak orang merasa bingung dan khawatir apakah nyeri yang dirasakan merupakan indikasi dari kondisi yang lebih serius.

Apa Itu Asam Lambung?

Asam lambung, atau gastroesophageal reflux disease (GERD), adalah kondisi di mana asam lambung naik ke kerongkongan. Ini dapat menyebabkan sensasi terbakar atau nyeri di perut bagian atas atau dada, yang dikenal dengan istilah heartburn.

Nyeri akibat asam lambung biasanya terasa setelah makan atau ketika berbaring, terutama jika seseorang mengonsumsi makanan pedas, berlemak, atau terlalu banyak. Pada beberapa kasus, asam lambung juga dapat menyebabkan rasa tidak nyaman yang berlangsung lebih lama, bahkan hingga beberapa jam.

Apa Itu Kanker Usus Besar?

Kanker usus besar adalah jenis kanker yang menyerang kolon atau usus besar. Salah satu gejala utama kanker usus besar adalah nyeri perut, yang bisa bervariasi tergantung pada stadium kanker dan lokasi tumor di usus. Nyeri ini sering disertai dengan perubahan pola buang air besar, seperti diare, sembelit, atau bahkan perdarahan pada tinja. Kanker usus besar juga dapat menyebabkan penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan, kelelahan, dan anemia.

Gejala kanker usus besar cenderung berkembang secara perlahan, dan seringkali orang merasa kesulitan untuk mengenali gejala-gejalanya di awal. Hal ini karena nyeri perut yang disebabkan oleh kanker usus besar sering tidak terlalu tajam atau intens pada tahap awal, tetapi bisa menjadi lebih parah seiring berkembangnya penyakit.

Perbedaan Gejala Nyeri Perut Asam Lambung dan Kanker Usus Besar

  1. Lokasi Nyeri: Nyeri akibat asam lambung biasanya terletak di bagian atas perut atau dada, terutama setelah makan atau saat berbaring. Rasa nyeri atau terbakar ini sering disertai dengan rasa kembung atau mual.Di sisi lain, nyeri perut yang disebabkan oleh kanker usus besar cenderung lebih bervariasi dalam hal lokasi. Nyeri bisa terasa di seluruh perut atau hanya di area tertentu, tergantung pada bagian usus yang terpengaruh.
  2. Durasi dan Intensitas: Nyeri akibat asam lambung biasanya bersifat sementara dan bisa reda dengan perubahan posisi tubuh atau setelah mengonsumsi obat-obatan tertentu, seperti antasida. Nyeri ini biasanya terasa lebih ringan, meski bisa menjadi lebih intens jika tidak ditangani.
  3. Gejala Tambahan: Asam lambung sering disertai dengan gejala seperti regurgitasi (asam yang naik ke mulut), mual, dan perasaan terbakar di dada. Pada beberapa kasus, asam lambung juga dapat menyebabkan suara serak atau batuk kronis akibat iritasi pada tenggorokan.Sebaliknya, kanker usus besar sering disertai dengan gejala lain yang lebih spesifik, seperti perubahan pola buang air besar (diare atau sembelit), tinja berdarah, penurunan berat badan yang tidak wajar, dan kelelahan yang parah.

Kapan Harus Ke Dokter?

Jika Anda sering merasakan nyeri perut yang tak kunjung hilang atau gejala yang tidak biasa, seperti perubahan pola buang air besar, tinja berdarah, atau penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas, sangat penting untuk segera berkonsultasi dengan dokter. Pemeriksaan medis, seperti endoskopi atau kolonoskopi, dapat membantu dokter mendiagnosis penyebab pasti dari gejala tersebut.

Sedangkan jika Anda mengalami nyeri perut yang disebabkan oleh asam lambung, Anda dapat mengatasi gejalanya dengan perubahan gaya hidup dan diet, serta penggunaan obat-obatan pengurangi asam lambung yang dapat membantu meredakan gejala tersebut.

Kesimpulan

Meskipun nyeri perut yang disebabkan oleh asam lambung dan kanker usus besar dapat terasa mirip, ada perbedaan yang signifikan dalam gejala dan durasi rasa sakitnya. Asam lambung cenderung menyebabkan nyeri yang lebih sementara dan dapat diatasi dengan perubahan gaya hidup, sementara kanker usus besar memerlukan perhatian medis yang lebih serius dan pengobatan yang lebih intensif. Jika Anda merasa khawatir atau mengalami gejala yang mencurigakan, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan diagnosis dan penanganan yang tepat.

Leave a Comment

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *