sumowarna.id – Pada Konferensi Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa ke-29 (COP29), Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengeluarkan seruan mendesak kepada negara-negara di seluruh dunia untuk memperkuat langkah-langkah kesehatan dalam menghadapi dampak perubahan iklim. WHO menekankan bahwa perubahan iklim bukan hanya krisis lingkungan, tetapi juga ancaman serius terhadap kesehatan manusia. Dengan meningkatnya suhu global, cuaca ekstrem, dan degradasi ekosistem, dampak buruk terhadap kesehatan masyarakat terus meningkat, terutama di negara-negara berkembang yang paling rentan terhadap perubahan ini.
Hubungan Antara Perubahan Iklim dan Kesehatan
Perubahan iklim telah memicu berbagai masalah kesehatan global. Kenaikan suhu menyebabkan peningkatan kasus penyakit terkait panas, seperti heat stroke dan dehidrasi. Cuaca ekstrem, seperti badai, banjir, dan kekeringan, juga berdampak langsung pada kesehatan, termasuk meningkatnya cedera, kematian, dan penyebaran penyakit infeksi.
Menurut WHO, perubahan pola cuaca memperluas penyebaran vektor penyakit seperti nyamuk yang membawa malaria dan demam berdarah. Selain itu, perubahan iklim berdampak pada ketahanan pangan dan air, yang dapat menyebabkan malnutrisi dan meningkatnya risiko penyakit akibat konsumsi air yang terkontaminasi.
Isu polusi udara juga menjadi perhatian besar. Emisi gas rumah kaca tidak hanya memengaruhi suhu global tetapi juga kualitas udara, yang berdampak pada peningkatan penyakit pernapasan seperti asma dan bronkitis kronis. Semua ini menunjukkan bahwa kesehatan manusia harus menjadi pusat diskusi dalam pengambilan kebijakan iklim.
Seruan WHO di COP29
Pada COP29, WHO mendesak para pemimpin dunia untuk memasukkan kesehatan sebagai elemen inti dalam strategi mitigasi dan adaptasi perubahan iklim. Salah satu rekomendasi utama adalah investasi dalam sistem kesehatan yang tangguh terhadap perubahan iklim. Sistem ini mencakup infrastruktur kesehatan yang tahan terhadap bencana, penguatan tenaga medis, dan pengembangan teknologi kesehatan yang dapat beradaptasi dengan situasi darurat.
Selain itu, WHO menyoroti pentingnya transisi ke energi bersih. Penggunaan bahan bakar fosil tidak hanya mempercepat perubahan iklim tetapi juga merusak kesehatan melalui polusi udara. WHO menyarankan bahwa beralih ke sumber energi terbarukan dapat mengurangi dampak kesehatan sekaligus mencapai target pengurangan emisi.
Kolaborasi dan Pendanaan
Untuk mewujudkan rekomendasi tersebut, WHO menekankan pentingnya kerja sama internasional dan peningkatan pendanaan. Negara-negara maju diminta untuk memenuhi komitmen pendanaan iklim bagi negara-negara berkembang yang menghadapi dampak paling parah dari perubahan iklim. Pendanaan ini dapat digunakan untuk membangun sistem kesehatan yang lebih kuat, penelitian terkait kesehatan iklim, dan penyediaan akses layanan kesehatan yang adil.
WHO juga mendorong sektor swasta untuk terlibat aktif dalam menciptakan solusi berkelanjutan. Inovasi teknologi, seperti alat pemantauan kesehatan berbasis iklim, bisa menjadi kunci dalam mengurangi dampak perubahan iklim terhadap kesehatan.
Studi Kasus: Dampak Perubahan Iklim pada Kesehatan Global
Contoh nyata dampak perubahan iklim terhadap kesehatan dapat dilihat di beberapa wilayah. Di Afrika, peningkatan suhu dan perubahan pola curah hujan telah memperburuk penyebaran malaria. Di Asia Tenggara, polusi udara akibat kebakaran hutan dan urbanisasi yang tidak terkontrol menyebabkan lonjakan penyakit pernapasan. Sementara itu, negara-negara kepulauan kecil di Pasifik menghadapi ancaman kenaikan permukaan laut yang berdampak pada akses air bersih dan keamanan pangan.
Studi-studi ini menunjukkan bahwa dampak perubahan iklim pada kesehatan tidak dapat diabaikan. Negara-negara yang paling rentan memerlukan bantuan internasional untuk membangun sistem perlindungan kesehatan yang efektif.
Mengintegrasikan Kesehatan dalam Kebijakan Iklim
Penting bagi pemerintah untuk menjadikan kesehatan sebagai prioritas dalam kebijakan iklim nasional. WHO merekomendasikan pendekatan berbasis bukti untuk mengidentifikasi dampak perubahan iklim pada kesehatan di tingkat lokal dan merancang intervensi yang spesifik.
Selain itu, kolaborasi lintas sektor sangat penting. Pemerintah harus bekerja sama dengan komunitas, organisasi kesehatan, dan ilmuwan untuk memastikan bahwa upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim berdampak positif pada kesehatan masyarakat.
Kesimpulan
WHO dengan tegas menegaskan bahwa perubahan iklim adalah krisis kesehatan global. Pada COP29, organisasi ini menyerukan tindakan nyata untuk menjadikan kesehatan sebagai inti dari agenda iklim. Dengan berinvestasi dalam sistem kesehatan yang tangguh, mendorong energi bersih, dan memperkuat kolaborasi internasional, dunia dapat mengurangi dampak kesehatan dari perubahan iklim. Langkah-langkah ini tidak hanya melindungi generasi saat ini tetapi juga memastikan keberlanjutan bagi generasi mendatang.