sumowarna.id – Kasus fraud yang melibatkan eFishery, perusahaan teknologi yang bergerak di bidang akuakultur, telah mengguncang dunia investasi, terutama karena melibatkan investor besar yang sebelumnya sangat percaya pada potensi perusahaan ini. eFishery dikenal sebagai salah satu startup unicorn yang berhasil mendapatkan perhatian besar, namun bagaimana bisa perusahaan dengan profil tinggi ini terjebak dalam kasus penipuan yang melibatkan sejumlah investor besar? Berikut adalah beberapa alasan mengapa investor besar bisa tertipu dalam kasus ini.
1. Kepercayaan Terhadap Pertumbuhan yang Terlihat Menjanjikan
Salah satu faktor yang mendorong investor besar untuk menaruh uang mereka di eFishery adalah pesatnya pertumbuhan yang tampak dari luar. Startup yang bergerak di sektor teknologi, terutama yang berfokus pada solusi inovatif seperti eFishery, sering kali menunjukkan angka-angka pertumbuhan yang mengesankan. Angka tersebut, yang mungkin mencakup peningkatan pendapatan atau jumlah pengguna, sering kali digunakan untuk menarik perhatian investor.
Sayangnya, terkadang proyeksi pertumbuhan ini bisa dipengaruhi oleh penyajian data yang tidak sepenuhnya akurat atau bahkan manipulasi informasi. Investor yang terlalu mempercayai proyeksi yang terlihat menjanjikan dapat mengabaikan kemungkinan adanya masalah internal yang tersembunyi, seperti pengelolaan yang buruk atau ketidaksesuaian antara laporan keuangan dan kondisi sebenarnya.
2. Mengandalkan Laporan Keuangan yang Tampaknya Sah
Di dunia investasi, laporan keuangan yang diaudit sering kali dianggap sebagai bukti bahwa perusahaan beroperasi dengan cara yang benar dan sehat. Investor besar yang biasanya melakukan pemeriksaan yang cukup mendalam terhadap kondisi keuangan perusahaan dapat terjebak jika laporan keuangan yang diajukan tampak sah dan lengkap, padahal bisa saja terdapat manipulasi dalam laporan tersebut.
Fraud dalam bentuk penyembunyian utang atau pencatatan pendapatan yang tidak sesuai dengan realitas bisa terlewatkan jika auditor atau pihak yang terlibat tidak cukup jeli. Laporan yang sudah diaudit bisa saja menutupi masalah internal yang lebih besar dan hanya mengungkapkan sisi positif perusahaan, yang pada akhirnya menyebabkan investor besar merasa yakin untuk berinvestasi.
3. Terlalu Bergantung pada Reputasi Pihak Ketiga
Investor besar sering kali mengandalkan penasihat atau pihak ketiga yang memiliki reputasi baik untuk memberikan analisis tentang potensi dan risiko investasi. Penasihat ini bisa datang dari konsultan, bank investasi, atau bahkan investor sebelumnya yang sudah terlibat. Namun, ada kalanya pihak ketiga yang memberi rekomendasi tersebut tidak mengetahui kondisi riil yang terjadi dalam perusahaan atau bahkan memiliki konflik kepentingan.
Jika pihak ketiga tersebut terlibat langsung atau tidak objektif dalam memberikan analisis, maka keputusan investasi yang diambil oleh investor besar bisa jadi berdasarkan informasi yang kurang tepat. Selain itu, jika investor merasa yakin dengan rekomendasi dari pihak yang sudah berpengalaman, mereka mungkin tidak merasa perlu melakukan pemeriksaan lebih lanjut atau due diligence secara menyeluruh.
4. Fokus pada Hype dan Tren Pasar
Saat sebuah perusahaan startup mendapat perhatian besar dari media atau mencapai kesuksesan awal yang signifikan, sering kali terjadi fenomena hype di pasar. eFishery, sebagai perusahaan dengan teknologi yang relatif baru di sektor akuakultur, mendapatkan perhatian besar karena dianggap memiliki potensi yang sangat besar untuk merubah industri perikanan. Fenomena ini dapat memicu perasaan FOMO (Fear of Missing Out) di kalangan investor besar.
Banyak investor besar yang akhirnya memilih untuk berinvestasi karena takut ketinggalan kesempatan besar, tanpa melakukan evaluasi yang cukup menyeluruh. Ketika banyak investor lain ikut berinvestasi, keputusan untuk berinvestasi bisa didorong lebih oleh pengaruh sosial daripada pertimbangan objektif, yang berisiko menutupi potensi masalah yang ada.
5. Kurangnya Transparansi dalam Tata Kelola Perusahaan
Transparansi adalah salah satu faktor kunci dalam mencegah fraud dalam suatu perusahaan. Namun, eFishery, meskipun merupakan perusahaan yang menjanjikan, mungkin menghadapi masalah internal terkait tata kelola yang buruk atau kurang transparansi. Dalam kasus seperti ini, manajemen perusahaan mungkin menyembunyikan masalah operasional atau pengelolaan keuangan yang tidak terungkap pada investor besar.
Jika sebuah perusahaan tidak cukup transparan dalam hal pengelolaan dan keputusan-keputusan yang diambil, maka potensi fraud seperti pencatatan pendapatan palsu atau penyembunyian utang bisa terjadi tanpa diketahui oleh pihak luar. Oleh karena itu, meskipun perusahaan telah memiliki audit yang sah, kurangnya transparansi tetap bisa menjadi faktor penyebab kegagalan dalam mendeteksi masalah.
Kesimpulan
Fraud eFishery mengingatkan kita bahwa bahkan perusahaan dengan latar belakang yang kuat dan investor besar pun bisa terjebak dalam penipuan. Faktor-faktor seperti ketergantungan pada proyeksi yang tampak menjanjikan, pengabaian due diligence yang mendalam, pengaruh pihak ketiga yang tidak objektif, serta kurangnya transparansi dalam tata kelola perusahaan, semuanya dapat menjadi pemicu kegagalan dalam mendeteksi masalah di awal.
Untuk menghindari kejadian serupa di masa depan, investor besar perlu lebih berhati-hati dan tidak hanya mengandalkan data yang terlihat menguntungkan, tetapi juga memastikan bahwa proses due diligence dilakukan secara menyeluruh. Tata kelola yang transparan dan manajemen yang akuntabel sangat penting agar perusahaan dapat tumbuh secara berkelanjutan dan menghindari potensi risiko yang dapat merugikan investor.