Driver Ojol Dieksploitasi sampai Teler, Aplikator Ogah Bayar THR

sumowarna.id Di tengah kesibukan yang semakin meningkat, terutama menjelang musim liburan, para pengemudi ojek online (ojol) sering kali mengalami eksploitasi yang berat. Tak hanya dihadapkan dengan tekanan untuk memenuhi target kerja yang tinggi, mereka juga kerap kali tidak mendapatkan hak mereka, seperti Tunjangan Hari Raya (THR) yang seharusnya diberikan menjelang perayaan besar. Fenomena ini menjadi perbincangan hangat, karena sejumlah aplikator ojol enggan memberikan THR, padahal ini merupakan hak yang telah diatur dalam undang-undang ketenagakerjaan.

1. Eksploitasi Kerja yang Meningkat

Para pengemudi ojol dihadapkan pada tekanan yang tinggi dari aplikator untuk memenuhi kuota pengantaran. Banyak driver yang bekerja tanpa mengenal waktu, bahkan saat tubuh sudah merasa lelah atau teler karena terlalu banyak bekerja. Mereka dihadapkan dengan sistem penghasilan yang bergantung pada jumlah order yang diterima, sehingga semakin banyak bekerja, semakin besar pendapatan yang diterima. Namun, hal ini memicu eksploitasi yang semakin berat, karena banyak dari mereka yang harus bekerja lebih dari 12 jam sehari untuk memenuhi target tersebut.

2. Tuntutan untuk Memenuhi Target yang Tidak Realistis

Sistem yang diterapkan oleh sebagian besar aplikator ojol sering kali tidak realistis, mengingat volume pekerjaan yang terus meningkat seiring dengan permintaan layanan yang semakin tinggi. Para pengemudi didorong untuk menyelesaikan lebih banyak order dengan bonus yang terikat pada target tertentu. Meskipun begitu, mereka tidak menerima tunjangan lain yang layak, termasuk THR. Padahal, mereka tetap mengeluarkan tenaga dan waktu yang banyak untuk melayani pelanggan.

3. Aplikator Ogah Bayar THR

Masalah yang semakin memanas adalah kenyataan bahwa beberapa aplikator ojol enggan memberikan THR kepada para pengemudi. Meskipun pengemudi berhak menerima THR berdasarkan peraturan pemerintah, beberapa aplikator masih beralasan bahwa sistem kerja mereka berbasis kontrak dan tidak mengakui pengemudi sebagai karyawan tetap. Akibatnya, pengemudi ojol tidak mendapatkan tunjangan hari raya seperti yang diterima oleh pekerja di sektor lain, yang semakin menambah beban mereka.

4. Perjuangan Para Driver Ojol

Berbagai serikat pekerja ojol dan pengemudi telah memperjuangkan hak-hak mereka, termasuk hak untuk mendapatkan THR. Namun, perjuangan ini belum membuahkan hasil yang signifikan. Pengemudi merasa bahwa mereka seolah diabaikan oleh aplikator yang hanya mengejar keuntungan tanpa mempertimbangkan kesejahteraan para pekerjanya.

5. Dampak pada Kesehatan Fisik dan Mental Pengemudi

Tidak hanya dari sisi finansial, eksploitasi ini juga berdampak pada kesehatan fisik dan mental pengemudi. Banyak pengemudi yang mengeluh merasa kelelahan setelah bekerja berjam-jam tanpa istirahat yang cukup. Selain itu, tekanan untuk memenuhi target yang kian berat turut memengaruhi kondisi psikologis mereka, menyebabkan stres dan kecemasan yang berlebihan.

6. Peran Pemerintah dalam Perlindungan Pekerja Ojol

Melihat kenyataan ini, pemerintah diharapkan dapat memperhatikan nasib para pengemudi ojol dan memastikan bahwa hak-hak mereka terlindungi, termasuk pemberian THR yang sudah menjadi hak sesuai dengan undang-undang. Pemerintah perlu bekerja sama dengan aplikator untuk menciptakan sistem yang lebih adil, di mana pengemudi tidak hanya dilihat sebagai pekerja yang memenuhi kuota, tetapi juga dihargai atas usaha dan waktu yang mereka curahkan.

7. Solusi untuk Meningkatkan Kesejahteraan Driver Ojol

Untuk mengurangi eksploitasi, solusi yang lebih manusiawi harus dipertimbangkan. Salah satunya adalah dengan memberikan sistem pembayaran yang lebih adil, memberikan jaminan kesehatan dan THR, serta menyediakan waktu istirahat yang cukup bagi para pengemudi. Para aplikator perlu berkomitmen untuk menghargai hak-hak pekerja mereka, sehingga mereka dapat bekerja dengan lebih produktif dan sehat tanpa merasa tertekan.

Kesimpulan

Keberadaan ojek online memberikan kenyamanan bagi banyak orang, namun di balik itu, banyak pengemudi yang harus menghadapi ekses dari sistem kerja yang mengutamakan kuota dan profit. Perlindungan terhadap pengemudi, baik dalam hal kesejahteraan finansial maupun kesehatan, perlu diperhatikan secara serius. Dengan adanya pengaturan yang lebih adil, diharapkan para pengemudi dapat merasakan manfaat yang seimbang antara pekerjaan dan hak mereka sebagai tenaga kerja yang terhormat.

Leave a Comment

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *